Sebenarnya
menjaga sikap dan tindak tanduk positif itu tidak hanya tanggung jawab
para guru dan keluarganya, tetapi semua orang, Guru yang selalu
mengusahakan keluarganya menjadi garda terdepan dalam memberikan
pendidikan dengan sebuah contoh, adalah cerminan komitmen dan pendalaman
makna dari seorang guru. Sang guru harus berusaha agar keluarganya baik
dan tidak korupsi agar ia dapat mengajari kepada murid-muridnya yang
merupakan remaja generasi penerus bangsa memiliki moral dan ahlak baik
dan tidak korupsi, berusaha tidak berbohong agar murid-muridnya sebagai
remaja yang baik tidak menjadi pendusta, tidak terjaebak dalam kenakalan
remaja.
Guru adalah profesi yang mulia dan tidak mudah dilaksanakan serta memiliki posisi yang sangat luhur di masyarakat. Semua orang pasti akan membenarkan pernyataan ini jika mengerti sejauh mana peran dan tanggung jawab seorang guru . Sejak saya baru berusia 6 tahun hingga dewasa, orang tua saya yang merupakan seorang guru, selalu memberikan instruksi yang mengingatkan kami para anak-anaknya adalah anak seorang guru yang harus selalu menjaga tingkah laku agar selalu baik dan jangan sampai melakukan sebuah kesalahan . Seberat itukah, seharus itukah kami bertindak Lantas apa hubungan profesi orang tua dengan dengan anak-anaknya, apakah hanya anak seorang guru yang harus demikian ?. Peran guru tidak hanya sebatas tugas yang harus dilaksanakan di depan kelas saja, tetapi seluruh hidupnya memang harus di dedikasikan untuk pendidikan. Tidak hanya menyampaikan teori-teori akademis saja tetapi suri tauladan yang digambarkan dengan perilaku seorang guru dalam kehidupan sehari-hari. Terkesannya seorang Guru adalah sosok orang sempurna yang di tuntut tidak melakukan kesalahan sedikitpun, sedikit saja sang guru salah dalam bertutur kata itu akan tertanam sangat mendalam dalam sanubari para remaja. Jika sang guru mempunyai kebiasaan buruk dan itu di ketahui oleh sang murid, tidak ayal jika itu akan dijadikan referensi bagi para remaja yang lain tentang pembenaran kesalahan yang sedang ia lakukan, dan ini dapat menjadi satu penyebab, alasan mengapa terjadi kenakalan remaja. Sepertinya filosofi sang guru ini layak untuk di jadikan filosofi hidup, karena hampir setiap orang akan menjadi seorang ayah dan ibu yang notabenenya merupakan guru yang terdekat bagi anak-anak penerus bangsa ini. Akan sulit bagi seorang ayah untuk melarang anak remajanya untuk tidak merokok jika seorang ayahnya adalah perokok. Akan sulit bagi seorang ibu untuk mengajari anak-anak remaja untuk selalu jujur, jika dirumah sang ibu selalu berdusta kepada ayah dan lingkungannya, atau sebaliknya. jadi bagaimana mungkin orang tua melarang remaja untuk tidak nakal sementara mereka sendiri nakal? Suatu siang saya agak miris melihat seorang remaja SMP sedang asik mengisap sebatang rokok bersama adik kelasnya yang masih di SD, itu terlihat dari seragam yang dikenakan dan usianya memang terbilang masih remaja. Siapa yang harus disalahkan dalam kasus ini. Apakah sianak remaja tersebut, sepertinya tidak adil kalau kita hanya menyalahkan si anak remaja itu saja, anak itu terlahir bagaikan selembar kertas yang masih putih, mau jadi seperti apa kelak di hari tuanya tergantung dengan tinta dan menulis apa pada selembar kertas putih itu . Orang pertama yang patut disalahkan mungkin adalah guru, baik guru yang ada di rumah ( orang tua ), di sekolah ( guru), atau pun lingkungannya hingga secara tanpa disadari mencetak para remaja tersebut untuk melakukan perbuatan yang dapat digolongkan ke dalam kenakalan remaja. Peran orang tua yang bertanggung jawab terhadap keselamatan para remaja tentunya tidak membiarkan anaknya terlena dengan fasilitas-fasilitas yang dapat menenggelamkan si anak remaja kedalam kenakalan remaja, kontrol yang baik dengan selalu memberikan pendidikan moral dan agama yang baik diharapkan akan dapat membimbing si anak remaja ke jalan yang benar, bagaimana orang tua dapat mendidik anaknya menjadi remaja yang sholeh sedangkan orang tuanya jarang menjalankan sesuatu yang mencerminkan kesholehan, ke masjid misalnya. Jadi jangan heran apabila terjadi kenakalan remaja, karena sang remaja mencontoh pola kenakalan para orang tua Tidak mudah memang untuk menjadi seorang guru. Menjadi guru diharapkan tidak hanya didasari oleh gaji guru yang akan dinaikkan, bukan merupakan pilihan terakhir setelah tidak dapat berprofesi di bidang yang lain, tidak juga karena peluang. Selayaknya cita-cita untuk menjadi guru didasari oleh sebuah idealisme yang luhur, untuk menciptakan para remaja sebagai generasi penerus yang berkualitas. Sebaiknya Guru tidak hanya dipandang sebagai profesi saja, tetapi adalah bagian hidup dan idialisme seorang guru memang harus dijunjung setinggi-tingginya. Idealisme itu seharusnya tidak tergantikan oleh apapun termasuk uang. Namun guru adalah manusia, sekuat-kuatnya manusia bertahan dia tetaplah manusia, jika terpaan cobaan itu terlalu kuat manusia juga dapat melakukan kesalahan. Akhir akhir ini ada berita di media masa yang sangat meruntuhkan citra sang guru adalah berita tentang pencabulan Oknum guru terhadap anak didiknya. Kalau pepatah mengatakan guru kencing bediri murid kencing berlari itu benar, berarti satu orang guru melakukan itu berapa orang murid yang lebih parah dari itu, hingga akhirnya menciptakan pola kenakalan remaja yang sangat tidak ingin kita harapkan. Gejala-gejala ini telah menunjukan kebenarannya. Kita ambil saja kasus siswa remaja mesum yang dilakukan oleh para remaja belia seperti misalnya kasus-kasus di remaja mesum di taman sari Pangkalpinang ibukota provinsi Bangka Belitung, lokasi remaja pacaran di bukit dealova pangkalpinang, dan remaja Ayam kampus yang mulai marak di tambah lagi foto-foto syur remaja SMP jebus, ini menunjukkan bahwa pepatah itu menujukkan kebenarannya. Kerja team yang terdiri dari orang tua (sebagai guru dirumah), Guru di sekolah, dan Lingkungan (sebagai Guru saat anak-anak, para remaja bermain dan belajar) harus di bentuk. diawali dengan komunikasi yang baik antara orang tua dan guru di sekolah, pertemuan yang intensif antara keduanya akan saling memberikan informasi yang sangat mendukung bagi pendidikan para remaja. Peran Lingkungan pun harus lebih peduli, dengan menganggap para remaja yang ada di lingkungannya adalah tanggung jawab bersama, tentunya lingkungan pun akan dapat memberikan informasi yang benar kepada orang tua tentang tindak tanduk si remaja tersebut dan kemudian dapat digunakan untuk mengevaluasi perkembangannya agar tidak terjebak dalam kenakalan remaja. terlihat betapa peran orang tua sangat memegang peranan penting dalam membentuk pola perilaku para remaja, setelah semua informasi tentang pertumbuhan anaknya di dapat, orang tuapun harus pandai mengelola informasi itu dengan benar. Terlepas dari baik buruknya seorang guru nampaknya filosofi seorang guru dapat dijadikan pegangan bagi kita semua terutama bagi para orang tua untuk menangkal kenakalan remaja, mari kita bersama-sama untuk menjadi guru bagi anak-anak dan para remaja kita para remaja belia, dengan selalu memberi contoh kebenaran dan memberi dorongan untuk berbuat kebenaran. Sang guru bagi para remaja adalah Orang tua, guru sekolah dan lingkungan tempat ia di besarkan. Seandainya sang guru dapat memberi teladan yang baik mudah-mudahan generasi remaja kita akan ada di jalan yang benar dan selamat dari budaya "kenakalan remaja" yang merusak kehidupan dan masa depan para remaja, semoga. |
Tuesday, 22 January 2013
Kenakalan Remaja, Peran Orang Tua, Guru dan Lingkungan
Menyimak Pergeseran Budaya dikalangan Remaja dan Prilaku Hedonisme dikalangan Remaja
Kalau
Anda berkenan untuk sejenak berhenti dari kesibukan membuat tugas
kuliah atau diskusi tentang mata kuliah, baik kalau kita menjadi lebih
kritis untuk mengamati kecenderungan perilaku kaum muda remaja dewasa
ini yang tentunya menarik untuk dipikirkan bersama.
Semakin pesatnya tren kapitalisme dan konglomerasi elite tertentu maka pertumbuhan kwantitatif tempat-tempat hiburan dan pusat-pusat perbelanjaan semakin berkembang bak jamur dimusim hujan. Fenomena tersebut secara langsung ataupun tidak langsung mempengaruhi budaya dan pola hidup kaum muda remaja sekarang. Pergeseran budaya mulai menjangkiti kaum muda remaja tanpa kompromi dan eksodus besar-besaran tentang paradigma berpikir kaum muda remaja, dari budaya timur menuju budaya barat. Anda dapat melihat kaum muda remaja hedonis bersliweran dengan berbagai mode rambut dengan busana thank top atau junkies, dan alat-alat digital lainnya. Iklim masyarakat sekarang jauh berbeda dengan masyarakat tempo dulu. Namun, bila gejala ini kita telaah lebih lanjut bahwa kaum muda remaja telah jatuh kedalam euforia budaya pop. Selanjutnya kaum muda remaja yang seharusnya menjadi homo significans malahan jatuh kedalam pendangkalan nilai hidup. Tulisan ini hanya mengajak para pembaca untuk merenungi dampak globalisasi tanpa harus terjerat ke dalam arus pendangkalan hidup post-modernisasi dan bagaimana hal tersebut tidak menggerogoti nilai-nilai positif yang menjadi warisan budaya kita. Euforia Budaya Pop Remaja : Buah Globalisasi Manusia harus berubah. Itulah hal yang mendasar yang perlu dipikirkan secara bersama. Memang benar bahwasannya manusia dengan segala budaya dan akal budinya harus dikembangkan seoptimal mungkin, karena akan semakin mengkokohkan kedudukannya dimuka bumi sebagai God Creature yang sempurna dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Kali ini, manusia beralih menuju rentang waktu yang kontradiksional dengan fase-fase sebelumnya, yaitu fase globalisasi. Di satu sisi manusia memang dituntut untuk berkembang menuju kearah yang lebih modern, baik aspek teknologi, hukum, sosial/kesejahteraan sosial, politik, demokrasi, dan semua sistem lainnya harus disempurnakan. Teknologi bidang informatika, kedokteran, bioteknologi, dan transportasi mengalami perkembangan yang begitu dahsyat mengatasi batas-batas ruang dan waktu. Namun, tidak boleh dilupakan bahwa hasil perkembangan manusia bersifat relatif dan ambivalen. Pengaruh negatif dari globalisasi adalah euforia budaya pop, perdagangan bebas, marginalisasi kaum lemah, dan timbulnya gap relation antaara si kaya dan si miskin. Hasil tersebut telah membentuk suatu budaya baru bagi masyarakat, khususnya kaum muda remaja menjadi manusia yang terjebak dalam arus budaya pop. Penghayatan Hidup dikalanagan Remaja yang Semakin Mendangkal Ilustrasi di awal tulisan ini hanyalah sekelumit deskrispsi yang membuktikan eksistensi kecenderungan dalam diri manusia modern. Masih banyak contoh-contoh lain sebagai hasil dari globalisasi. kaum muda remaja dewasa ini lebih suka membaca komik atau main game daripada harus membaca buku-buku bermutu. Bacaan dengan analisis mendalam dan novel-novel bermutu hanya menjadi bagian kecil dari skala prioritas mereka, bahan-bahan bacaan seperti itu hanya tersentuh jika terpaksa atau karena tuntutan akademis. Anda dapat mengelak bahwa gejala-gejala ini merupakan bentuk adaptif dari kemajuan zaman. Tapi, itu adalah rasionalisasi. Sebenarnya, kecenderungan manusia sekarang bukan hanya sekedar masalah mengikuti perkembangan zaman melainkan hal ini adalah masalah gengsi dan penghayatan hidup. Bukti yang paling mengena adalah televisi, berbagai acara televisi semakin hari semakin jauh dari idealisme jurnalistik, bahkan semakin melegalkan budaya kekerasan, instanisasi, dan bentuk-bentuk kriminalitas. Sebagian tayangan-tayangan tersebut hanya semakin mendangkalkan sifat afektif manusia. Tayangan mengenai bencana alam, kemiskinan, perang, kelaparan, penemuan teknologi, pembelajaran budaya, dan lain sebagainya telah membuat sisi afeksi manusia tidak peka terhadap hal tersebut. Tidak ada proses batin dan intelektual lebih lanjut. Penghayatan nilai-nilai luhur semakin tereduksi. Eksistensi kaum muda remaja hanya ditempatkan pada pengakuan-pengakuan sementara, misalnya seorang remaja dianggap eksistensinya ada jika remaja tersebut masuk menjadi anggota geng motor, menggunakan baju-baju bermerk, menggunakan blueberry, dugem, clubbing, melakukan freesex, ngedrugs, dan lain sebagainya. Eksistensi kaum muda remaja hanya dihargai sebatas kepemilikan dan status semata. Jika pendangkalan ini terus dipelihara dan dibudidayakan dikalangan remaja kita, makna dan penghargaan terhadap insan manusia semakin jauh. Hasilnya adalah menghilangnya penghargaan terhadap manusia lainnya, misalnya: perang, pemerkosaan, komersialisasi organ tubuh, trafficking, tawuran, dll. Contoh-contoh ini menjadi indikasi kehancuran sebuah kebudayaan yang dimulai dari pergeseran nilai-nilai budaya di kalangan kaum muda remaja kita. Dampak yang sangat menyedihkan dan mengkhawatirkan! Solusi : Internalisasi Seperti diungkapkan sebelumnya bahwa manusia sebagai homo significans, pada hakikatnya menjadikan manusia sebagai manusia pemberi makna. Jurus paling ampuh untuk mengatasi pendangkalan hidup post-modernisasi adalah pengendapan atau internalisasi. Internalisasi merupakan proses memaknai kembali makna-makna hidup. Makna hidup yang tadinya dihargai secara dangkal, kali ini digali dan diselami. Ada dua metode internalisasi yang ditawarkan, yaitu budaya refleksi dan keheningan. Keduanya saling komplementer dan tidak dapat dipisahkan jika hendak melawan arus budaya pop. Refleksi membutuhkan suasana hening. Keheningan jiwa dapat tercapai saat berefleksi. Secara etimologis, refleksi berasal dari verbum compositum bahasa Latin re-flectere, artinya antara lain, memutar balik, memalingkan, mengembalikan, memantulkan, dan memikirkan. Kiranya, dua arti terakhir yang cocok untuk mendefinisikan refleksi dalam kerangka permenungan ini. Refleksi adalah usaha untuk melihat kembali sesuatu secara mendalam dengan menggunakan pikiran dan afeksi hingga dapat menemukan nilai yang mulia yang selanjutnya dapat digunakan sebagai bekal hidup. Euforia budaya pop di masa globalisasi menawarkan begitu banyak hal yang hanya berakhir menjadi kesan-kesan tanpa satupun yang dapat dialami. Dengan budaya refleksi, kesan-kesan tersebut dapat diendapkan. Secara satu persatu pengalaman negatif maupun positif dapat dianalisis, dipertimbangkan, disimpulkan, dan akhirnya diendapkan dalam nurani. Proses inilah yang membuat kaum muda remaja dapat menyadari baik dan buruknya suatu sikap. Dalam proses ini juga kaum muda remaja diajak untuk menindaklanjuti berbagai pengalaman yang didapat, sehingga muncul nilai-nilai dari setiap kejadian yang dialami, dan tentunya nilai tersebut dapat menjadi bekal hidup selanjutnya. Peran refleksi dalam kerangka ini juga sebagai nabi, untuk mengingatkan segala larangan ataupun perintah Tuhan yang diajarkan. Refleksi berperan menjadi fungsi kritis dalam diri kaum muda remaja. Saat ia mengalami pendangkalan nilai-nilai hidup dalam bentuk pragmatisme, konformitas buta dan sebagainya. Refleksi menunjukkan kesalahannya, dan mengarahkan kepada yang benar. Oleh karena itu kita sebagai kaum muda remaja harus mampu merubah diri kita menjadi manusia yang bermakna bagi orang lain melalui sikap dan perilaku sehari-hari. Usaha ini hanya bisa tercapai melalui usaha pribadi bukan orang lain, ada pepatah mengatakan jangan mengubah orang lain sebelum bisa mengubah diri sendiri. Selamat berefleksi wahai para remaja ... ! |
Prilaku Hubungan Sosial dan Solidaritas Antar Teman pada Prilaku Gaya Hidup Remaja
Pada
masa remaja, terdapat banyak hal baru yang terjadi, dan biasanya lebih
bersifat menggairahkan, karena hal baru yang mereka alami merupakan
tanda-tanda menuju kedewasaan. Dari masalah yang timbul akibat
pergaulan, keingin tahuan tentang asmara dan seks, hingga
masalah-masalah yang bergesekan dengan hukum dan tatanan sosial yang
berlaku di sekitar remaja.
Hal-hal yang terakhir ini biasanya terjadi karena banyak faktor, tetapi berdasarkan penelitian, jumlah yang terbesar adalah karena "tingginya" rasa solidaritas antar teman, pengakuan kelompok, atau ajang penunjukkan identitas diri. Masalah akan timbul pada saat remaja salah memilih arah dalam berkelompok. Banyak ahli psikologi yang menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa yang penuh masalah, penuh gejolak, penuh risiko (secara psikologis), over energi, dan lain sebagainya, yang disebabkan oleh aktifnya hormon-hormon tertentu. Tetapi statement yang timbul akibat pernyataan yang stereotype dengan pernyataan diatas, membuat remaja pun merasa bahwa apa yang terjadi, apa yang mereka lakukan adalah suatu hal yang biasa dan wajar. Minat untuk berkelompok menjadi bagian dari proses tumbuh kembang yang remaja alami. Yang dimaksud di sini bukan sekadar kelompok biasa, melainkan sebuah kelompok yang memiliki kekhasan orientasi, nilai-nilai, norma, dan kesepakatan yang secara khusus hanya berlaku dalam kelompok tersebut. Atau yang biasa disebut geng. Biasanya kelompok semacam ini memiliki usia sebaya atau bisa juga disebut peer group. Demi kawan yang menjadi anggota kelompok ini, remaja bisa melakukan dan mengorbankan apa pun, dengan satu tujuan, Solidaritas. Geng, menjadi suatu wadah yang luar biasa apabila bisa mengarah terhadap hal yang positif. Tetapi terkadang solidaritas menjadi hal yang bersifat semu, buta dan destruktif, yang pada akhirnya merusak arti dari solidaritas itu sendiri. Demi alasan solidaritas, sebuah geng sering kali memberikan tantangan atau tekanan-tekanan kepada anggota kelompoknya (peer pressure) yang terkadang berlawanan dengan hukum atau tatanan sosial yang ada. Tekanan itu bisa saja berupa paksaan untuk menggunakan narkoba, mencium pacar, melakukan hubungan seks, melakukan penodongan, bolos sekolah, tawuran, merokok, corat-coret tembok, dan masih banyak lagi. Secara individual, remaja sering merasa tidak nyaman dalam melakukan apa yang dituntutkan pada dirinya. Namun, karena besarnya tekanan atau besarnya keinginan untuk diakui, ketidak berdayaan untuk meninggalkan kelompok, dan ketidak mampuan untuk mengatakan "tidak", membuat segala tuntutan yang diberikan kelompok secara terpaksa dilakukan. Lama kelamaan prilaku ini menjadi kebiasaan, dan melekat sebagai suatu karakter yang diwujudkan dalam berbagai prilaku negatif. Kelompok atau teman sebaya memiliki kekuatan yang luar biasa untuk menentukan arah hidup remaja. Jika remaja berada dalam lingkungan pergaulan yang penuh dengan "energi negatif" seperti yang terurai di atas, segala bentuk sikap, perilaku, dan tujuan hidup remaja menjadi negatif. Sebaliknya, jika remaja berada dalam lingkungan pergaulan yang selalu menyebarkan "energi positif", yaitu sebuah kelompok yang selalu memberikan motivasi, dukungan, dan peluang untuk mengaktualisasikan diri secara positif kepada semua anggotanya, remaja juga akan memiliki sikap yang positif. Prinsipnya, perilaku kelompok itu bersifat menular. Motivasi dalam kelompok (peer motivation) adalah salah satu contoh energi yang memiliki kekuatan luar biasa, yang cenderung melatarbelakangi apa pun yang remaja lakukan. Dalam konteks motivasi yang positif, seandainya ini menjadi sebuah budaya dalam geng, barangkali tidak akan ada lagi kata-kata "kenakalan remaja" yang dialamatkan kepada remaja. Lembaga pemasyarakatan juga tidak akan lagi dipenuhi oleh penghuni berusia produktif, dan di negeri tercinta ini akan semakin banyak orang sukses berusia muda. Remaja juga tidak perlu lagi merasakan peer pressure, yang bisa membuat mereka stres. Secara teori diatas, remaja akan menjadi pribadi yang diinginkan masyarakat. Tetapi tentu saja hal ini tidak dapat hanya dibebankan pada kelompok ataupun geng yang dimiliki remaja. Karena remaja merupakan individu yang bebas dan masing-masing tentu memiliki keunikan karakter bawaan dari keluarga. Banyak faktor yang juga dapat memicu hal buruk terjadi pada remaja. Seperti yang telah diuraikan diatas, kelompok remaja merupakan sekelompok remaja dengan nilai, keinginan dan nasib yang sama. Contoh, banyak sorotan yang dilakukan publik terhadap kelompok remaja yang merupakan kumpulan anak dari keluarga broken home. Kekerasan yang telah mereka alami sejak masa kecil, trauma mendalam dari perpecahan keluarga, akan kembali menjadi pencetus kenakalan dan kebrutalan remaja. Tetapi, masa remaja memang merupakan masa dimana seseorang belajar bersosialisasi dengan sebayanya secara lebih mendalam dan dengan itu pula mereka mendapatkan jati diri dari apa yang mereka inginkan. Hingga, terlepas dari itu semua, remaja merupakan masa yang indah dalam hidup manusia, dan dalam masa yang akan datang, akan menjadikan masa remaja merupakan tempat untuk memacu landasan dalam menggapai kedewasaan. |
Masalah sosial
Pengertian
Masalah sosial adalah ketidaksesuaian antara unsur-unsur dalam kebudayaan atau masyarakat yang membahayakan hidupnya kelompok sosial atau menghambat terpenuhinya keinginan-keinginan pokok para warga kelompok sosial, sehingga menyebabkan rusaknya ikatan sosial.
Klasifikasi Masalah Sosial
- Faktor-faktor ekonomis
- Biologis
- Bio-psikologis
- kebudayaan
Masalah-Masalah Sosial yang penting
- Kemiskinan
- Kejahatan
- Disorganisasi keluarga
- Masalah generasi muda
- Peperangan
- Pelanggaran terhadap norma-norma masyarakat
- Masalah kependudukan
- Masalah lingkungan
- Birokrasi, dan lain-lain
Masalah sosial adalah ketidaksesuaian antara unsur-unsur dalam kebudayaan atau masyarakat yang membahayakan hidupnya kelompok sosial atau menghambat terpenuhinya keinginan-keinginan pokok para warga kelompok sosial, sehingga menyebabkan rusaknya ikatan sosial.
Klasifikasi Masalah Sosial
- Faktor-faktor ekonomis
- Biologis
- Bio-psikologis
- kebudayaan
Masalah-Masalah Sosial yang penting
- Kemiskinan
- Kejahatan
- Disorganisasi keluarga
- Masalah generasi muda
- Peperangan
- Pelanggaran terhadap norma-norma masyarakat
- Masalah kependudukan
- Masalah lingkungan
- Birokrasi, dan lain-lain
Artikel 2
Permasalahan Umum Kesehatan Anak Usia Sekolah
Usia
anak adalah periode yang sangat menentukan kualitas seorang manusia
dewasa nantinya. Saat ini masih terdapat perbedaan dalam penentuan usia
anak. Menurut UU no 20 tahun 2002 tentang Perlindungan anak dan WHO yang dikatakan masuk usia anak adalahsebelum usia 18 tahun dan
yang belum menikah. American Academic of Pediatric tahun 1998
memberikan rekomendasi yang lain tentang batasan usia anak yaitu mulai
dari fetus (janin) hingga usia 21 tahun. Batas usia anak tersebut
ditentukan berdasarkan pertumbuhan fisik dan psikososial, perkembangan
anak, dan karakteristik kesehatannya. Usia anak sekolah dibagi dalam
usia prasekolah, usia sekolah, remaja, awal usia dewasa hingga mencapai
tahap proses perkembangan sudah lengkap.
Orang
tua dan guru adalah sosok pendamping saat anak melakukan aktifitas
kehidupannya setiap hari. Peranan mereka sangat dominan dan sangat
menentukan kualitas hidup anak di kemudian hari. Sehingga sangatlah
penting bagi mereka untuk mengetahui dan memahami permasalahan dan
gangguan kesehatan pada anak usia sekolah yang cukup luas dan kompleks
Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Sekolah
Pengertian tumbuh kembang anak sebenarnya mencakup 2 hal kondisi yang berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan adalah berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran dan dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat, ukuran panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolik.
Pengertian tumbuh kembang anak sebenarnya mencakup 2 hal kondisi yang berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan adalah berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran dan dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat, ukuran panjang, umur tulang dan keseimbangan metabolik.
Perkembangan
adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai
hasil dari proses pematangan. Hal ini menyangkut adanya proses
diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ dan system organ
yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing masing dapat memenuhi
fungsinya. Termasuk di dalamnya adalah perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya.
Pertumbuhan
berdampak terhadap aspek fisik sedangkan perkembangan berkaitan dengan
pematangan fungsi organ dan individu. Kedua kondisi tersebut terjadi
sangat berkaitan dan saling mempengaruhi dalam setiap anak.
Artikel 3
Bahaya Merokok Bagi Perempuan Lebih Tinggi
Jumlah
perokok Indonesia sekitar 60 juta dan jumlah perokok perempuan di
perkirakan 2,1 juta. Sejauh ini memang lebih banyak pria, tapi tiap
tahun jumlah perokok wanita terus meningkat.
Prevalensi
jumlah perokok perempuan pada tahun 2001 adalah 1,3 persen dan naik
menjadi 4,5 persen pada tahun 2004, menurut Survei Sosial Ekonomi
Nasional 2004 dalam Fakta Tembakau Indonesia. Tahun ini diperkirakan 5
persen perempuan di Indonesia yang merokok.
Makin
tingginya jumlah wanita perokok tentu memprihatikan. Menurut Menteri
Kesehatan, Endah Rahayu, hal itu disebabkan antara lain oleh kampanye
pencitraan dari industri tembakau. Karena itu tema peringatan Hari Anti
Tembakau Sedunia tahun ini mengambil tema Perempuan dan Masalah Merokok.
Selain
menjadi perokok aktif, ternyata jauh lebih banyak wanita yang menjadi
perokok pasif. Diperkirakan 65,6 juta wanita dan 43 juta anak-anak di
Indonsia terpapar asap rokok. Hal ini terjadi karena 91 persen perokok
merokok di rumah, tidak jauh dari istri dan anak-anak. Padahal, bahaya
perokok pasif sama dengan perokok aktif.
Seorang
wanita akan menjadi calon ibu. Bayi yang lahir dari ibu perokok
beresiko mengalami cacat janin, berat badan lahir rendah, bahkan
gangguan jiwa. Rokok mengandung ribuan racun yang dapat mengancam
keselamatan janin, karena itu ibu yang merokok saat hamil sama dengan
meracuni janin dengan sengaja.
Merokok
juga menjadi pemicu berbagai penyakit, seperti kanker paru, kanker
mulut rahim, serangan jantung, atau asma. Penelitian menunjukkan, wanita
perokok yang menggunakan pil KB beresiko terkena serangan jantung,
stroke, dan penyumbatan pembuluh darah 10 kali lebih besar dari yang
bukan perokok.
Kebiasaan
merokok kerap disepelekan, padahal bahaya yang ditimbulkan oleh rokok
sangat nyata. Oleh karena itu, kini saatnya untuk keluar dari jeratan
asap, baik sebagai perokok aktif juga pasif.(kompas).
Artikel 4
Ciri-ciri Orang Terkena HIV
Jakarta,
Penyakit HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah penyakit yang paling
ditakuti karena belum ada vaksin atau obat yang bisa menyembuhkannya.
Kenali gejala dari HIV untuk melakukan deteksi dini.
Virus
yang mematikan ini akan menyerang sistem kekebalan yang membuat tubuh
kehilangan kemampuan untuk melawan penyakit, sehingga tubuh lebih rentan
terhadap berbagai penyakit.
Jika
gejala ini tidak segera diobati, maka bisa menyebabkan AIDS (Acquired
Immunodeficiency Syndrome) yang merupakan penyakit mematikan. AIDS
timbul sebagai dampak berkembangbiaknya virus HIV di dalam tubuh
manusia.
Gejala-gejala
yang muncul dari HIV bisa mempengaruhi seseorang secara bertahap.
Setelah virus memasuki tubuh, maka virus akan berkembang dengan cepat.
Virus
ini akan menyerang limfosit CD4 (sel T) dan menghancurkan sel-sel darah
putih sehingga mempengaruhi sistem kekebalan tubuh. Setiap tahapan dari
infeksi akan menunjukkan gejala yang berbeda.
Tahap
awal dari infeksi virus ini biasanya tidak menunjukkan tanda-tanda atau
gejala apapun, gejala baru akan muncul setelah dua sampai empat minggu
setelah terinfeksi. Seseorang bisa mengeluh mengalami sakit kepala yang
berat dan persisten disertai dengan demam.
Seperti
dikutip Menshealth.about.com, Kamis (10/6/2010) ketika seseorang
terinfeksi maka gejala awal yang muncul terkadang mirip dengan flu atau
infeksi virus sedang.
Gejala
dan tanda awal dari HIV termasuk demam, sakit kepala, kelelahan, mual,
diare dan pembengkakan kelenjar getah bening di leher, ketiak atau
pangkal paha.
Gejala-gejala
ini hampir sama dengan infeksi virus lainnya. Karena itu banyak orang
yang terinfeksi HIV tidak menyadari bahwa dirinya sudah terinfeksi
hingga bertahun-tahun sehingga mencapai stadium lanjut.
Pusat
pengendalian penyakit (Center for Disease Control/CDC) mengungkapkan
ada beberapa gejala yang menunjukkan stadium lanjut dari HIV yaitu:
1. Kehilangan berat badan dengan cepat tanpa adanya alasan
2. Batuk kering
3. Demam berulang atau berkeringat saat malam hari
4. Kelelahan
5. Diare yang lebih dari seminggu
6. Kehilangan memori
7. Depresi dan juga gangguan saraf lainnya.
1. Kehilangan berat badan dengan cepat tanpa adanya alasan
2. Batuk kering
3. Demam berulang atau berkeringat saat malam hari
4. Kelelahan
5. Diare yang lebih dari seminggu
6. Kehilangan memori
7. Depresi dan juga gangguan saraf lainnya.
Salah
satu cara untuk mendeteksinya adalah dengan mengukur jumlah sel-sel
darah putih, karena biasanya seseorang dengan HIV akan memiliki jumlah
sel darah putih yang kecil.
HIV
bukan merupakan penyakit yang mudah untuk didiagnosis, ada dua hal yang
harus diperhatikan yaitu kenali gejala yang ada dan melakukan
pemeriksaan ke dokter.
HIV
disebabkan kebanyakan karena perilaku gonta ganti pasangan seks tanpa
menggunakan kondom atau orang-orang yang memakai narkoba karena gantian
menggunakan jarum suntik.
HIV menular melalui:
1. Hubungan kelamin dan hubungan seks oral atau melalui anus
2. Transfusi darah
3. Penggunaan bersama jarum terkontaminasi melalui injeksi obat dan dalam perawatan kesehatan
4. Antara ibu dan bayinya selama masa hamil, kelahiran dan masa menyusui.
1. Hubungan kelamin dan hubungan seks oral atau melalui anus
2. Transfusi darah
3. Penggunaan bersama jarum terkontaminasi melalui injeksi obat dan dalam perawatan kesehatan
4. Antara ibu dan bayinya selama masa hamil, kelahiran dan masa menyusui.
Artikel 5
5 Akibat Tubuh Kurang Tidur
Tidur
yang cukup itu sangat penting. Karena pada saat kita tertidur, sel-sel
tubuh yang rusak akan diganti. Nah bagaimana dengan yang tidurnya kurang
atau yang mempunyai gangguan tidur?
Hal ini tentunya akan berakibat buruk terhadap tubuh kita. Memang tidak
terjadi secara langsung, akan tetapi perlahan tapi pasti tubuh akan
mulai memberikan sinyal-sinyal sebagai berikut:
1. Jadi “tulalit“
Waktu tidur Anda terpaksa terpangkas karena Anda harus menyelesaikan laporan untuk si bos esok hari. Namun, pada saat harus memberikan presentasi, Anda mendadak lupa segala detail isi laporan. Saat kita sedang kelelahan, hal yang wajar jika kita sering salah membedakan informasi yang penting dan kurang penting.
Waktu tidur Anda terpaksa terpangkas karena Anda harus menyelesaikan laporan untuk si bos esok hari. Namun, pada saat harus memberikan presentasi, Anda mendadak lupa segala detail isi laporan. Saat kita sedang kelelahan, hal yang wajar jika kita sering salah membedakan informasi yang penting dan kurang penting.
Menurut
Sean Drummond PhD, peneliti masalah tidur dari University of
California, San Diego, orang yang sedang capek biasanya lebih mudah
mengambil risiko dengan harapan mendapat hasil maksimal. Padahal, hal
itu justru sering membuat rencana berantakan.
2. Selalu lapar
Penelitian menunjukkan, kurang tidur bisa mengganggu kadar gula darah dan menyebabkan tubuh memproduksi sedikit leptin, hormon pengendali nafsu makan, dan menghasilkan lebih banyak ghrelin, kebalikan dari leptin. Karena faktor perubahan biologis ini, tak heran jika Anda masih merasa lapar meski baru menggasak semangkuk mi ayam.
Penelitian menunjukkan, kurang tidur bisa mengganggu kadar gula darah dan menyebabkan tubuh memproduksi sedikit leptin, hormon pengendali nafsu makan, dan menghasilkan lebih banyak ghrelin, kebalikan dari leptin. Karena faktor perubahan biologis ini, tak heran jika Anda masih merasa lapar meski baru menggasak semangkuk mi ayam.
3. Gampang sakit
Ini adalah tanda yang paling sering dijumpai. Orang yang kekurangan waktu tidur lebih rentan terkena infeksi. Berbagai penelitian menunjukkan, mereka yang cukup istirahat memiliki sistem imun yang lebih kuat.
Ini adalah tanda yang paling sering dijumpai. Orang yang kekurangan waktu tidur lebih rentan terkena infeksi. Berbagai penelitian menunjukkan, mereka yang cukup istirahat memiliki sistem imun yang lebih kuat.
4. Gampang menangis
Jangan buru-buru menyalahkan gejala pramenstruasi sebagai penyebab air mata Anda yang tiba-tiba mudah mengalir karena hal-hal sepele. Tanpa waktu tidur yang cukup, emosi Anda cenderung menjadi tidak stabil. Studi juga menunjukkan, saat kita kurang tidur, kita lebih sering merasa sedih karena otak lebih banyak menyimpan memori negatif ketimbang ingatan yang membahagiakan. Tak heran jika orang yang kurang tidur terlihat seperti orang depresi.
Jangan buru-buru menyalahkan gejala pramenstruasi sebagai penyebab air mata Anda yang tiba-tiba mudah mengalir karena hal-hal sepele. Tanpa waktu tidur yang cukup, emosi Anda cenderung menjadi tidak stabil. Studi juga menunjukkan, saat kita kurang tidur, kita lebih sering merasa sedih karena otak lebih banyak menyimpan memori negatif ketimbang ingatan yang membahagiakan. Tak heran jika orang yang kurang tidur terlihat seperti orang depresi.
5. Ceroboh
Para ahli mengungkapkan, kurang tidur akan membuat kemampuan motorik kita melambat dan kurang gesit. Akibatnya, kita jadi sering gugup, menabrak atau menumpahkan sesuatu. Hal itu disebabkan refleks kita berkurang dan otak kita kurang fokus sehingga kita jadi terlihat seperti orang ceroboh.
Para ahli mengungkapkan, kurang tidur akan membuat kemampuan motorik kita melambat dan kurang gesit. Akibatnya, kita jadi sering gugup, menabrak atau menumpahkan sesuatu. Hal itu disebabkan refleks kita berkurang dan otak kita kurang fokus sehingga kita jadi terlihat seperti orang ceroboh.
copas by putraastiti.blogspot.com
Sunday, 20 January 2013
Why Teens Smoke
Why Teens Smoke?, Reason for smoking, reasons teens smoke, adolescent smokers, cigarette
Family influence
One of the findings of teen smokers is that the young people who come from an unhappy home, where parents paid little attention to their children and the harsh physical punishment is easier to be smokers than young people who come from environments happy home (Baer & Corado in Atkinson, Introduction to psychology, 1999:294).
Teenagers who come from families who emphasize conservative social values and religious well with long-term goals are more difficult to engage with the cigarette / tobacco / drugs compared with the permissive families with an emphasis on the philosophy of "work things out on their own", and The most powerful influence is when the parents themselves to figure as an example of the heavy smokers, the children would be likely to imitation.
Smoking behavior over many find in those who live with a single parent (single parent). Teens will be faster behave as smokers if their mothers smoked than paternal smoking, it is more noticeable in young women (Al Bachri, Bulletin RSKO, year IX, 1991).
Influence of friends.
The facts reveal that more and more teens smoke, the more likely their friends are smokers too and vice versa.
Of this fact there are two chances of that happening, the first juvenile was influenced by his friends or even friends, teens are influenced by the adolescent self that eventually they all become smokers. Among teen smokers are 87% had at least one or more friends who are smokers as well as nonsmokers teens (Al Bachri, 1991)
Personality Factors.
People try to smoke because of the reasons you want to know or want to escape from physical or mental pain, free yourself from boredom. But one personality trait that is predictive in drug users (including cigarettes) is social conformity. People who scored high on a variety of social conformity tests easier to users compared with those who had low scores (Atkinson, 1999).
Ad Impact.
Saw an ad in the press and electronic display image that smokers are the symbol of virility or glamor, making teens often triggered to follow the behavior like the one in the ad. (Let Juniarti, Bulletin RSKO, year IX, 1991).
Family influence
One of the findings of teen smokers is that the young people who come from an unhappy home, where parents paid little attention to their children and the harsh physical punishment is easier to be smokers than young people who come from environments happy home (Baer & Corado in Atkinson, Introduction to psychology, 1999:294).
Teenagers who come from families who emphasize conservative social values and religious well with long-term goals are more difficult to engage with the cigarette / tobacco / drugs compared with the permissive families with an emphasis on the philosophy of "work things out on their own", and The most powerful influence is when the parents themselves to figure as an example of the heavy smokers, the children would be likely to imitation.
Smoking behavior over many find in those who live with a single parent (single parent). Teens will be faster behave as smokers if their mothers smoked than paternal smoking, it is more noticeable in young women (Al Bachri, Bulletin RSKO, year IX, 1991).
Influence of friends.
The facts reveal that more and more teens smoke, the more likely their friends are smokers too and vice versa.
Of this fact there are two chances of that happening, the first juvenile was influenced by his friends or even friends, teens are influenced by the adolescent self that eventually they all become smokers. Among teen smokers are 87% had at least one or more friends who are smokers as well as nonsmokers teens (Al Bachri, 1991)
Personality Factors.
People try to smoke because of the reasons you want to know or want to escape from physical or mental pain, free yourself from boredom. But one personality trait that is predictive in drug users (including cigarettes) is social conformity. People who scored high on a variety of social conformity tests easier to users compared with those who had low scores (Atkinson, 1999).
Ad Impact.
Saw an ad in the press and electronic display image that smokers are the symbol of virility or glamor, making teens often triggered to follow the behavior like the one in the ad. (Let Juniarti, Bulletin RSKO, year IX, 1991).
Subscribe to:
Posts (Atom)